Dilaporkan Menista Agama karena Musik, Rhoma Irama Malah Dapat Dukungan MUI

Selasa, 21 Mei 2024 11:20 WIB - Dilihat: 39

Dilaporkan Menista Agama karena Musik, Rhoma Irama Malah Dapat Dukungan MUI


Jakarta, elbagus.com
Sang Raja Dangdut, Rhoma Irama, berbagi kisah tentang tantangan dakwah melalui jalur musik dalam sebuah podcast bersama Ustaz Felix Siauw di akun YouTube YNTV baru baru ini. 

Keberaniannya mengawali Soneta Group sebagai "The Voice of Moslem" pada tahun 1973 telah memicu kontroversi yang berkepanjangan seputar penggunaan musik dalam dakwah Islam. Lagu "Lailahaillallah," yang dimulai dengan pembacaan surah al-Ikhlas, menjadi titik tolak perdebatan ini ketika dituduh oleh media sebagai upaya menjual ayat Alquran.

Kontroversi ini mencapai puncaknya saat Rhoma dipanggil oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang saat itu dipimpin oleh KH Syukri Ghozali, untuk mengklarifikasi tuduhan tersebut. 

"Berkumpullah para ulama, berkumpullah wartawan-wartawan. 'Coba perdengarkan itu lagu yang Anda mendendangkan Alquran, yang menjual agama,' dan sebagainya," kata Rhoma meniru perkataan Kiai Syukri.

Diputarnya lagu "Lailahaillallah" dengan intro pembacaan surah al-Ikhlas. Tanpa musik. Hanya ada efek angin. Barulah masuk pada alunan musik gitar "pam pam bam bam bareram", kemudian lirik "Katakan Tuhan itu satu, Tuhan tempat menyembah dan tempat meminta".

Mendengar lagu tersebut, Kiai Syukri merespons dengan berkata, "Bang haji, kalau seperti ini, silakan bikin yang banyak."

Pengalaman ini menandai titik balik di mana Rhoma merasa mendapatkan dukungan resmi dari MUI untuk melanjutkan dakwah melalui lagu-lagu yang bersumber dari Alquran dan Hadis. 

Keterlibatan Rhoma dalam konferensi internasional dan pengakuan akademis di Amerika Serikat dan Jepang menegaskan bahwa dakwah melalui musik diakui efektif secara global.

Namun, polemik mengenai hukum musik dalam Islam masih terus berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua DPP Al-Irsyad, Ustaz Ali Hasan Bawazier, aliran Salafi secara tegas mengharamkan musik dengan merujuk pada sejumlah dalil yang menyatakan keharaman alat musik, mengkategorikannya sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan kerusakan spiritual dan sosial.

Di tengah perdebatan ini, Rhoma Irama terus menunjukkan bahwa musik, jika diarahkan dengan benar, dapat menjadi media dakwah yang kuat dan mempengaruhi banyak orang untuk mengikuti ajaran Islam yang baik. 

Dengan cerita suksesnya, Rhoma menekankan pentingnya tanggung jawab musisi terhadap dampak lirik dan musik mereka pada pendengar, sesuai dengan ajaran Islam yang melarang penggunaan musik untuk hal-hal yang mengarah pada kemaksiatan atau menghalangi ingatan terhadap Allah.

Dengan perjalanan karir yang dipenuhi dengan upaya dakwah melalui musik, Rhoma Irama tetap menjadi tokoh sentral dalam diskusi tentang peran musik dalam Islam, menggambarkan bagaimana musik bisa menjadi alat pengaruh yang kuat dalam masyarakat, baik untuk tujuan yang baik maupun buruk, tergantung pada niat dan penggunaannya. (ic)
Musisi dangdut Rhoma Irama

Jakarta, elbagus.com
Sang Raja Dangdut, Rhoma Irama, berbagi kisah tentang tantangan dakwah melalui jalur musik dalam sebuah podcast bersama Ustaz Felix Siauw di akun YouTube YNTV baru baru ini.

Keberaniannya mengawali Soneta Group sebagai “The Voice of Moslem” pada tahun 1973 telah memicu kontroversi yang berkepanjangan seputar penggunaan musik dalam dakwah Islam. Lagu “Lailahaillallah,” yang dimulai dengan pembacaan surah al-Ikhlas, menjadi titik tolak perdebatan ini ketika dituduh oleh media sebagai upaya menjual ayat Alquran.

Kontroversi ini mencapai puncaknya saat Rhoma dipanggil oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang saat itu dipimpin oleh KH Syukri Ghozali, untuk mengklarifikasi tuduhan tersebut.

“Berkumpullah para ulama, berkumpullah wartawan-wartawan. ‘Coba perdengarkan itu lagu yang Anda mendendangkan Alquran, yang menjual agama,’ dan sebagainya,” kata Rhoma meniru perkataan Kiai Syukri.

Diputarnya lagu “Lailahaillallah” dengan intro pembacaan surah al-Ikhlas. Tanpa musik. Hanya ada efek angin. Barulah masuk pada alunan musik gitar “pam pam bam bam bareram”, kemudian lirik “Katakan Tuhan itu satu, Tuhan tempat menyembah dan tempat meminta”.

Mendengar lagu tersebut, Kiai Syukri merespons dengan berkata, “Bang haji, kalau seperti ini, silakan bikin yang banyak.”

Pengalaman ini menandai titik balik di mana Rhoma merasa mendapatkan dukungan resmi dari MUI untuk melanjutkan dakwah melalui lagu-lagu yang bersumber dari Alquran dan Hadis.

Keterlibatan Rhoma dalam konferensi internasional dan pengakuan akademis di Amerika Serikat dan Jepang menegaskan bahwa dakwah melalui musik diakui efektif secara global.

Namun, polemik mengenai hukum musik dalam Islam masih terus berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua DPP Al-Irsyad, Ustaz Ali Hasan Bawazier, aliran Salafi secara tegas mengharamkan musik dengan merujuk pada sejumlah dalil yang menyatakan keharaman alat musik, mengkategorikannya sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan kerusakan spiritual dan sosial.

Di tengah perdebatan ini, Rhoma Irama terus menunjukkan bahwa musik, jika diarahkan dengan benar, dapat menjadi media dakwah yang kuat dan mempengaruhi banyak orang untuk mengikuti ajaran Islam yang baik.

Dengan cerita suksesnya, Rhoma menekankan pentingnya tanggung jawab musisi terhadap dampak lirik dan musik mereka pada pendengar, sesuai dengan ajaran Islam yang melarang penggunaan musik untuk hal-hal yang mengarah pada kemaksiatan atau menghalangi ingatan terhadap Allah.

Dengan perjalanan karir yang dipenuhi dengan upaya dakwah melalui musik, Rhoma Irama tetap menjadi tokoh sentral dalam diskusi tentang peran musik dalam Islam, menggambarkan bagaimana musik bisa menjadi alat pengaruh yang kuat dalam masyarakat, baik untuk tujuan yang baik maupun buruk, tergantung pada niat dan penggunaannya. Sumber: Inilah.com

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini