Panglong Putra Sembaba

Cerpen : Dibalik Hujan Ada Kesedihan Mendalam

Sabtu, 16 September 2023 09:52 WIB - Dilihat: 1

IMG-20230916-WA0395

Cerpen : Dibalik Hujan Ada Kesedihan Mendalam

 

Elbagus.com

Tetesan air sedikit demi sedikit jatuh menetes lama kelamaan semakin deras mendengar suara tetesan air hujan yang semakin lama semakin deras, seorang gadis cantik langsung beranjak dari tempat tidurnya .Dilihatnya keluar jendela, hujan begitu deras hingga seluruh pemandangan di luar jendela tertutup kabut putih. Ia mencondongkan badannya agar lebih dekat ke kaca jendela dan melirik ke kanan dan ke kiri. Mulutnya tersenyum lebar ketika ia melihat seorang anak laki-laki berdiri di depan gerbang rumahnya dan melambaikan tangannya. Anak laki-laki itu tersenyum hingga gigi putihnya terlihat jelas.

“Santi…!” Teriaknya. 

“Suara apa itu di mana asalnya kenapa kuat sekali”ucapnya penasaran.

Santi mencari suara itu menghambiri jendela melihat dari balik jendela hanya bisa membaca mimik wajah laki-laki itu namun ia tahu bahwa namanya sedang diteriakkan. Santi membalas dengan melambaikan tangan dan tersenyum lebar.

Santi mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. 

“Santi, sudah waktunya minum obat.” Seorang wanita menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari gadis kecil yang disayanginya itu.Akhirnya ia menemukan Santi sedang berdiri di depan jendela.

 “Santi! Sudah ibu bilang jangan terlalu banyak bergerak dulu, nanti kamu kelelahan kondisimu belum pulih total .” Wanita itu menuntun anaknya kembali ke tempat tidur. 

Dengan wajah kecewa, Santi mengikuti ibunya ke tempat tidur. Santi kemudian meminum obat yang diberikan oleh ibunya.

“Ibu, dia datang lagi.” Santi memberitahu ibunya dengan senyum mengembang di wajahnya.

 “Anak laki-laki itu?” tanya wanita itu kepada anaknya. Melihat Santi mengangguk dengan antusias, wanita itu juga ikut tersenyum. 

“Santi apakah kamu sangat ingin bicara dengannya?” Tanya ibunya. 

“Iya, aku mau. Boleh?” Tanya Santi dengan polosnya.

 “Kalau dia datang lagi, panggil ibu ya agar ibu suruh dia masuk agar Santi bisa menemuinya. Oke?” Ucap wanita itu sambil tersenyum.

 Santi mengangguk mendengar ucapan ibunya. 

“Sekarang Santi putri ibu yang manis kamu istirahat dulu supaya besok wajah dirimu tidak pucat saat bertemu dia.” 

Wanita itu kemudian membaringkan anaknya di tempat tidur dan menyelimutinya kemudian ia keluar. Santi yang masih penasaran dengan anak laki-laki tampan idaman para wanita itu akhirnya bangun dari tempat tidurnya dan kembali ke jendela namun anak laki-laki itu sudah pergi.

“Ibu, kenapa tidak juga turun hujan? Santi ingin melihatnya.”ucapnya.

“Ibu juga tidak tau kenapa sudah satu minggu ini tidak hujan mungkin ini kemarau itu artinya nanti kita hrus berhemat air karena air susah nak”ucap sang mama memberitau anaknya.

“Owh begitu ya bu”jawabnya.

Setelah berbicara Santi hanya bisa menangis di atas tempat tidurnya. Ia melampiaskan kekecewaannya karena hujan tak kunjung datang selama satu minggu itu. Keesokan harinya, awan mendung terlihat menyelimuti langit dan siang itu hujan turun seakan menjawab do’a Santi. 

“Alhamdulilah ya allah akhirnya turun hujan juga aku bahagia sekali hujan turun setelah sekian lama aku menunggu inilah yang aku inginkan “ucapnya bahagia di balik jendela.

Santi terperanjat mendengar tetesan hujan matanya berbinar dan senyumnya mengembang. Ia berlari mendekati jendela menunggu seseorang datang dengan penuh bahagia walaupun harus sedikit kedinginan.

“Kemana ya dia kenapa belum ada muncul juga,apa dia tidak akan datang menemuiku?astaga aku ini bicara apa sih dia pasti akan datang menemuiku hari ini “ucapnya sedikit menggerutu padahal hatinya sangat bahagia menunggu sang lelaki itu.

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, tiga puluh menit Santi menunggu tak ada seorangpun yang muncul dri balik jendela menunggu dan terus menunggu hingga hujan reda namun anak laki-laki yang ditunggunya tak kunjung datang. Hari itu Santi menangis sekeras-kerasnya kesempatannya memiliki teman pertama kali dalam hidupnya hilang begitu saja.

“Aku… benci hujan.” Santi menundukkan wajahnya lalu kembali memandang ke luar jendela.

 Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mendekati jendela hingga kedua telapak tangannya dapat menyentuhnya. 

“Aku sangat membenci hujan.”ucapnya lagi

 Ia menyentuhkan keningnya pada permukaan kaca jendela yang dingin, air matanya menetes,matanya memerah sembari membuka jendela duduk berdiam diri tak berdaya rasa senang, sedih dan kesal bercampur aduk di dalam hatinya. Membuatnya tidak tau harus berbuat apa lagi selain menangis juga ia menutup hatinya untuk lelaki menjadi temanya dan sampai kapan pun ia berjanji seumur hidup tak ingin berteman pada sesorang lelaki dan menutup hatinya rapat rapat karena kekecewaannya.

Tamat.

Penulis : Putri Rahmawati

Editor : Haris

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Berita Terkini